Total Pageviews

Thursday, February 2, 2012

Malam Renungan Suci


P
ada suatu hari di saat pelantikan Bantara di sebuah sekolah kejuruan swasta di kota X provinsi Y. Senior sedang memberikan beberapa nasihat kepada junior mereka di tingkat pertama.
Senior 1   : “…. Kurang lebihnya saya mohon maaf, sekian yang dapat saya
sampaikan dan terimakasih atas perhatian kalian”
“Hikss…..hikss….”, terdengar suara tangis dari sudut ruangan
Senior 2    :”Sudahlah dik, jangan menangis lagi toh pembinaannya sudah selesai”,
katanya pelan sembari menepuk-nepuk bahu seorang siswi yang duduk
dipojok.
Siswi 1     : “Hiks… hiks”
Senior 3  :  “R mungkin kamu terlalu keras padanya tadi, jadi dia menangis”, katanya
merasa bersalah.
Senior 2   : “Lho mas, memangnya saya ngomong apa ke dia? Perasaan saya malah
berusaha menenangkannya. Coba panggilkan ketua”, katanya.
Merasa bingung ia memutuskan untuk memanggil ketua pelantikan.
Senior 3   : “Maaf ketua, ada siswi yang menangis dari kelas 1-3, ia tak mau
menjawab ketika ditanyai R”, lapornya.
Senior 1  : “Ck, urusan begini saja harus ketua yang turun tangan”, sungutnya.
Bersamaan mereka menuju ruang kelas 1-3.
Senior 1  : “Dik, sebenarnya ada apa. Kamu itu kan tanggung jawab kami ketika
mengikuti pelantikan”, katanya mencoba bersabar.
Siswi 2     : “Sudahlah D, jangan menangis terus”, katanya menghibur.
Siswi 1     : “Hikss… hikss… hikss…”, tetap tak bergeming.
Senior 1  : “Dik, ceritakan saja apa masalahmu. Insyaallah kakak bantu kalau kakak
bisa. Apa kami terlalu kasar atau menyinggung perasaan adik.”
Siswi 1     : “Maaf kak…” (Mengusap air matanya) “Air mata saya jatuh
sendiri…karena….”
Senior 1  : “Karena apa dik?”
Siswi 1     : “Karena tadi sewaktu kakak menyampaikan renungan suci, W siswa
kelas sebelah kentut lalu untuk menutupinya ia menarik kursi hingga
tasnya terjatuh menimpa kaki teman di sebelahnya, jadi saya tertawa
hingga menangis begini kak…”, jelasnya tanpa rasa bersalah.

No comments:

Post a Comment